Friday, November 12, 2010

~"lilin yang terabaikan part II"~

Memang sudah menjadi takdir sang lilin yg tidak akan pernah diutamakan, semua orang tentu akan lbih memilih lampu yg terlihat mewah dan bercahaya terang dari pd sebatang lilin untuk menerangi kehidupannya.

Diam-diam lilin pun berfikir, knapa "aku" (lilin) selalu dijadikan pilihan yg terakhir, knapa ta' ada prioritas bwt "aku"? Apa karena "aku" ta' mampu menciptakan kemewahan? Apa karena "aku" hanya dapat memancarkan sinar yg redup sehingga ta' dapat menciptakan kecerahan dalam kehidupan? Atau bahkan "aku" terlalu hina untuk berada disisi mereka mendampingi kesunyian dan malam mereka?


Pertanya'an itu selalu muncul dalam benak sang lilin dikala sepi datang.


Namun lilin cukup merasa senang sa'at "dia" melihat orang lebih memilih lilin dari pada lampu untuk menerangi nya dlm suatu kegiatan yg membutuhkan konsentrasi.


Dari situ sang lilin punya semangat untuk bertahan. "ia" jadi punya fikiran, walau "aku" tidak lebih terang dari lampu, tidak lebih mewah dari lampu, dan "aku" lebih hina jika dibandingkan dg lampu, Namun "aku" masih punya satu kelebihan yg tidak dipunyai oleh lampu.


Semangat sang lilin kembali hadir untuk tetap bertahan hidup dan mendampingi orang yg benar2 membutuhkannya dalam kehidupan mereka. Dan lilin akan tetap menjadi lilin, tanpa lelah, tanpa pamrih dan tanpa pernah mengeluh akan tetap menyinari orang yg ia sayangi selama belum ada lampu penerang yg lain.

"~Lilin yg terabaikan~"

Sinar yg terpancr oleh lilin tak kan berarti dan tak bermanfaat jika sinar tersbut berada disamping lampu2 yg terang. Namun Secercah sinar yg dipancrkan oleh Lilin mampu memberi penerangan kpd kta saat kta dlm kegelapan, saat kita tak dapat melihat keadaan sekitar, dia mampu tunjukkan jalan saat kta tersesat, ia mampu menuntun kita ke arah yg kita tuju walau ia harus terbakar dan akan terabaikan. ia rela tersiksa dmi keselamatan dan kebaikan semua orang, ia juga iklas mengorbankan dirinya demi tercapainya tujuan kita, namun knapa setelah kita tahu jalan, saat kita telah sampai pd tmpat tujuan kita buang begitu saja lilin tersebut tanpa ada rasa iba, tanpa terimakash. Mungkinkah kita tdak akan kegelapan lagi? mungkinkah kita tidak akan tersesat yg kedua kali? Terus bgaimana jika suatu sa'at kita berada disuatu goa yg sangat gelap sedang tak ada sebatang pun lilin lain yg mau memberi pnerangan kpda kita, berapa kemungkinan kita dapat mencapai tujuan kita tepat waktu atau bahkan kita akan selamanya tersesat dalam goa tersebut?